Kamis, 31 Desember 2020

Catatan Akhir Tahun 2020

Setelah beberapa bulan vakum, kembali lagi dengan catatan pribadi, maaf apabila mengecewakan. Tidak dalam kondisi terbaik untuk menulis artikel atau mengerjakan sesuatu.
Sebenarya ada dua draft artikel yang sudah selesai, tetapi belum sempat dicek ulang, "Toxic Financialship" dan "Bagaimana Cara Kehilangan Uang dalam Berinvestasi", semoga bisa publish di bulan Januari. 

Mendekati akhir tahun, kondisi keuangan masih belum menunjukkan perbaikan, selama setahun cash flow negatif, dan hanya berharap bisa kembali surplus tahun depan, aammiin allahumma aammiin. Semoga sharing pengalaman/masalah di tulisan-tulisan sebelumnya dapat memberikan pandangan dan pelajaran untuk siapapun agar tidak mengalami hal yang sama, intinya siapapun wajib memiliki dana darurat dan investasi, khususnya untuk yang sudah berkeluarga.

Kenapa? Karena orang dewasa bisa mengurangi jatah makanan atau menahan diri untuk tidak membeli apapun selama krisis, tetapi anak-anak tidak bisa atau apabila memiliki orang tua yang sudah sepuh, dana kesehatan juga harus tersedia dan siap digunakan kapan saja karena BPJS kesehatan tidak menanggung semua biaya, minimal memiliki dana untuk tes kesehatan setahun sebanyak 1-2 kali.
 
Dana darurat juga dapat digunakan saat terjadi kejadian yang tidak diinginkan misalnya ketika ada keluarga yang meninggal. Tahun ini, paman, bibi, mbah puteri, dan terakhir sepupu meninggal. Sedih rasanya tidak dapat memberikan uang duka yang memadai.

Masalah keuangan saat ini lebih buruk dibandingkan pada saat kuliah dulu, atau pada saat ditipu puluhan juta beberapa tahun lalu, atau pada saat penghasilan habis tiap bulan untuk menutup utang (dan untuk memenuhi keinginan) anak kesayangan ortu. 

Tetapi, tidak dapat dipungkiri jika kondisi sekarang lebih "manis" dibandingkan masa-masa itu, bantuan datang dari teman-teman yang sudah dikenal lebih dari 20 tahun, padahal jarang ketemu. Mereka tanpa ragu memberikan bantuan walau tidak ada kejelasan kapan bisa dikembalikan. Satu kali telpon/pesan whatsapp, rekening langsung terisi lagi. Kebaikan ini membuat terharu berkali-kali. 

"Nggak apa-apa, boleh balikin kapan aja", atau 

"Balikin nanti saja jika sudah berlebih, jangan saat masih pas-pasan", atau 

"Jangan dipikirin, ini uang untuk makan", atau 

"Alamat rumah di mana? Pengen kirim sesuatu", atau 

"Ada di rumah nggak? Biasa mau kirim makanan".

Sepanjang hidup, tidak pernah merasa "kaya" seperti sekarang. 

Kondisi ini pun memperburuk kondisi kesehatan. Saat terparah adalah tiba-tiba terbangun jam 2 dini hari, badan tidak dapat digerakkan, pandangan kabur, dan tidak dapat bernafas dengan normal, alhamdulillah membaik dalam hitungan jam. 

Setiap kehidupan pasti disertai dengan masalah, sadar jika bukan manusia satu-satunya dan bukan mengalami kondisi paling buruk, tetapi hanya saja terlalu lemah dan mungkin salah memilih sudut pandang. 

Terpuruk bukan karena kesepian atau merasa sendirian. Selama ini, selalu diikelilingi oleh orang-orang yang peduli, sayang, dan perhatian, bahkan komunikasi dengan orang tua pun sudah jauh membaik. Setiap hari, selalu ada orang yang tanpa lelah mau mendengarkan setiap keluh kesah (walaupun dengan kesedihan dan cerita yang sama), membantu tanpa pamrih, dan selalu ada jika diminta. Terima kasih karena sudah membantu melewati tahun ini dengan baik.

Mengapa tidak malu menceritakan masalah/aib ke semua orang, karena selalu yakin masalah yang sama akan terus datang jika belum mengerti atau tidak mengetahui hikmah di baliknya. Berharap kesalahan-kesalahan yang dialami dapat menjadi pelajaran bagi orang lain, sehingga tidak perlu mengalami hal yang serupa.

Sepertinya, sharing adalah hobby dan menjadi salah satu alasan kenapa senang ketika ditawari jadi dosen tamu atau tidak pernah lelah mengajari analis atau staf baru ketika masih kerja dulu (walau akhirnya lelah dan berhenti).

Ada satu cerita kenapa terkesan menghindar dari bertemu orang-orang. Prinsip Prepare for the worst selalu dilakukan, tetapi tidak pernah sekalipun suudzon kepada orang lain, sampai pada satu waktu, setelah menyampaikan satu pandangan politik di Instragram Stories, salah satu teman kuliah merespon dengan pertanyaan melalui Direct Messege, "Apakah Eva masih beragama Islam?". 

Shock, sedih, dan kecewa. Lupa apakah sempat menanggapi pertanyaannya itu atau tidak, tetapi setelah itu yakin pilih tombol block dan akhirnya selalu menghindari kontak dengan teman-teman kuliah (kecuali beberapa teman dekat atau yang dianggap netral), trauma berkomunikasi dengan teman-teman yang berpandangan ekstrim dan fanatik.

Sudah memaafkan, tetapi tidak dapat melupakan. 
Selalu berusaha untuk tidak melakukan hal yang sama karena terlalu bodoh melukai hati orang lain hanya karena pendapat yang berbeda. Sama halnya dengan perbedaan pendapat dalam mengucapkan selamat ulang tahun dan merayakan tahun baru Masehi.

Mengucapkan selamat dan berdoa di hari mereka dilahirkan agar sisa usianya barokah, selalu sehat dan bahagia. Ucapan doa sederhana sebagai ungkapan terima kasih karena telah lahir, pernah hadir dan menjadi bagian dari cerita hidup kita. 

Baik tahun baru Hijriyah, maupun Masehi adalah sama-sama milik Allah SWT, jadi memutuskan untuk merayakan keduanya. Bukan dengan pesta atau perayaan khusus untuk keduanya. Sekalinya merayakan tahun baru Masehi itu saat SMA, pawai dengan teman-teman sekelas keliling Bandung (tapi ini juga tidak terlalu yakin apakah benar/tidak, mungkin juga false memory). Tidak pernah melakukannya lagi karena kesulitan pulang di dini hari, tidak ada kendaraan pribadi atau uang untuk bayar taxi.

Setiap orang tidak perlu memiliki pandangan yang sama, jadi tidak bermasalah jika tidak diberikan ucapan selamat ulang tahun, cukup minta didoakan agar dapat menjadi manusia yang baik dan husnul khotimah

Tahun 2020 akan berakhir dalam hitungan menit, berharap tahun depan lebih baik. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dalam menjalani hidup dan jalan keluar untuk semua masalah yang sedang/akan dihadapi. 

Banyak masalah yang jawabannya hanya waktu, saat yang tepat atau kondisi yang tepat. 

YA, semua masalah akan selesai pada waktunya, kita bisa menjalaninya dengan stres, depresi, sedih, biasa aja, atau tetap bahagia. Jadi, semoga dapat menemukan alasan untuk dapat bertahan dan menjalani hidup dengan baik sampai waktunya tiba. 

Semoga artikel keluhan ini adalah tullisan terakhir dan tidak ada lagi di tahun-tahun berikutnya.

Selamat Tahun Baru 2021. Semoga selalu sehat dan bahagia. [ES]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar